Lokasi wisata favorit Jogja ada banyak sobat DDT. Mengingat Yogyakarta adalah kota pelajar sekaligus kota wisata terkenal di Indonesia yang sering menjadi pilihan lokasi rekreasi baik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Salah satunya adalah Tugu Jogja. Lokasi Tugu Jogja Alamat lengkapnya adalah di Jl. Jend. Sudirman, Gowongan, Kec. Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55233. Tugu Jogja ini tepatnya berdiri di tengah perempatan jalan antara Jalan Marga Utama. Jika dulu namanya Jalan Pangeran Mangkubumi, dan Jalan Jenderal Soedirman, dan Jalan A.M. Sangaji, dan Jalan Pangeran Diponegoro. Nama Lain Tugu Jogja ini awalnya disebut sebagai Tugu Golong Gilig. Hal ini karena bentuk awal tugu di lokasi ini adalah berbentuk silinder atau gilig dan pada bagian puncaknya berbentuk bulatan seperti bola atau golong. Tugu Jogja juga sering disebut sebagai Tugu Pal Putih atau De Witte Paal. Hal ini sebab warna cat dari tugu tersebut setelah direnovasi setelah mengalami gempa adalah dalam warna putih. Sejarah Pendirian Pada awal pertama berdirinya tugu Jogja dibangun di tahun 1755 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I, selaku pendiri keraton Yogyakarta. Lalu setelah terjadi gempa besar di tanggal Juni 1967, tugu Golong Gilig pun mengalami patah menjadi tiga bagian. Lalu di tahun 1889, di masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VII, maka tugu Jogja pun dibangun kembali oleh pemerintah kolonial Belanda. Pembangunannya dipimpin oleh J.W.S. Van Brussels yang menjabat sebagai Opzichte Van Waterstaat, yaitu sebutan kepala Dinas Pekerjaan Umum,di waktu itu bersama dengan pihak Kraton Yogyakarta sebagai pengawas proses pembangunannya yang diwakili oleh Patih Danurejo V. Filosofi Tugu Jogja Tugu Yogyakarta dibangun sebagai simbol persatuan rakyat untuk melawan kolonial penjajahan Belanda. Wujud Manunggaling Kawula Gusti, yakni semangat persatuan rakyat bersama raja guna melawan penjajah. Hal ini tersirat pada bentuk awal tugu Jogja ini, yaitu ada silinder yang disebut sebagai golong lalu pada bagian atasnya terdapat bolo yang disebut sebagai gilig dengan total ukuran tingginya 25 meter. Berhubung pada tahun 1867 terjadi gempa. Sehingga Tugu Golong Gilig patah menjadi tiga bagian, maka muncul desakan masyarakat untuk membangun kembali Tugu Golong Gilig tersebut, supaya simbol perjuangan rakyat bisa muncul kembali. Pada akhirnya tugu pun dibangun kembali oleh Pemerintah kolonial Belanda di tahun 1889, pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VII. Meski dengan bentuk yang berbeda dari bentuk awalnya. Tugu hasil renovasi berbentuk persegi, dengan bentuk kerucut ulir spiral yang meruncing, namun ujungnya papak atau tidak runcing, dengan tinggi hanya 10 meter, lebih pendek dari aslinya. Hal ini dimaksudkan Belanda untuk melemahkan perjuangan rakyat untuk merdeka. Meski hal itu tidak terjadi. Pada tiap sisi tugu ada prasasti yang memuat keterangan mengenai pihak-pihak yang terlibat dalam proses renovasi tugu yang masih berdiri hingga sekarang ini, dalam aksara jawa. Makna Tugu Golong Gilig Bentuk tugu Jogja pada awalnya secara historis menyimbolkan kesempurnaan keberadaan raja selama menjalani proses kehidupannya. yang dilandasi sikap manembah kepada Tuhan Yang Maha Tinggi serta bersatunya tekad dengan rakyatnya. Golong Gilig juga melambangkan bersatunya rakyat dengan raja dan manusia dengan Sang Penciptanya. Fungsi Tugu Yogyakarta yang ada di perempatan jalan ini memiliki fungsi sebagai tetenger atau penanda kota. Selain itu juga sebagai titik pandang fokus untuk berkonsentrasi saat Sri Sultan Hamengku Buwana I sedang melaksanakan meditasi. Jika di Bangsal Manguntur Tangkil yaitu tempat tahta raja yang ada di Siti Hinggil Lor, yaitu pelataran keraton yang tanahnya ditinggikan. Tugu ini merupakan bagian dari titik yang membentuk suatu poros imajiner bersama dengan unsur pembentuk lainnya, yaitu Gunung Merapi, dan Keraton Yogyakarta, juga Panggung Krapyak, dan Laut Selatan. Tugu Jogja Terkini Kini ikon ini dalam warna kombinasi coklat hitam dan di puncak Tugu berwarna emas. Telah dipercantik pula dengan bola-bola batu melingkarinya serta dipasang pagar di sekelilingnya. Tiap mahasiswa yang kuliah di Jogja ingin datang ke Tugu Jogja meski hanya sekali. Sering diadakan berbagai acara di sekitar Tugu Jogja.
Tag Archives: Tugu Jogja
Malioboro – Seperti namanya, propinsi Daerah Istimewa Yogyakarata (DIY) memang istimewa. Bukan saja pemerintahannya yang unik, karena Gubernur juga seorang Sultan atau Raja, melainkan juga karena propinsi satu ini memiliki segudang tempat wisata menarik. Siapa pun yang pernah berkunjung ke Jogja pasti tak melewatkan Malioboro. Ya, jalan yang terkenal di Kota Gudeg ini memang bikin kangen dengan berbagai keseruan yang ditawarkan saat menyusurinya. Wah, apa saja ya hal asyik yang bisa dilakukan di Malioboro. Berikut ulasannya. Belajar Sejarah Jalan Malioboro adalah jalan yang termasuk ‘tua; di Kota Pendidikan ini. . Membujur dari utara ke selatan, di sekitar sini masih banyak bangunan bergaya Belanda yang bisa dijumpai. Satu bangunan yang masih tampak megah dan kental dengan arsitektur khas Negeri Kincir Angin adalah Hotel Ina Garuda. Dibangun pada 1908, hotel ini awalnya adalah sebuah cottages yang kemudian diberi nama Grand Hotel de Djokja. Selain hotel ini, bangunan sejarah lainnya yang dapat Anda kunjungi adalah Tugu Jogja, Stasiun Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg hingga Monumen Serangan Oemoem 1 Maret. PAKET OUTBOUND JOGJA MURAH, FASILITATOR KEREN Wisata Kuliner Menyusuri sepanjang jalan Malioboro mungkin cukup melelahkan. Namun, Anda tak perlu risau jika perut keroncongan. Pasalnya, di sepanjang jalan terdapat banyak warung kaki lima yang menjajakan beragam kuliner tradisonal. Resto-resto berkelas internasional pun bertebaran jika ingin memanjakan lidah dengan taste internasional, tetapi sembari menikmati atmosfer tradisional Jogja yang kental. Wisata Belanja Satu hal yang tak boleh ketinggalan adalah wisata belanja. Ya, sejatinya Malioboro memang surga belanja oleh-oleh. Di sepanjang jalan ini, Anda bisa dengan mudah menemukan berbagai pernak-pernik khas Jogja, souvenir seperti gantungan kunci. Kaum hawa dipastikan enggan beranjak melihat aneka perhiasan unik dari manik-manik maupun yang berbahan kayu. Ada yang berupa kalung, gelang, bros dan lain sebagainya. Tak ketinggalan, di sini juga menjamur penjual batik. Anda tinggal menyesuaikan kebutuhan dan budget, ada yang murah sampai mahal, dari yang dijual pedagang di depan toko-toko hingga yang ekslusif dan sebuah toko atau butik. Berfoto Ria Melengkapi berbagai aktivitas di atas, pastikan Anda untuk tidak lupa berselfie ria. Tempat yang selalu menjadi rebutan untuk berfoto adalah penanda jalan yang terletak di sisi utara. Dari titik ini, akan terlihat pemandangan dari utara hingga selatan dengan riuh kendaraan dan deretan toko sebagai latarnya. Menikmati suasana pagi dan malam Satu hari rasanya tak akan cukup untuk menelusuri keindahan Malioboro. Pasalnya, tempat ini menawarkan pesona yang berbeda-beda di setiap waktu. Pada pagi hari, Anda akan menjumpai tempat ini masih cukup lengan. Meski demikian, lalu lalang orang mulai terlihat. Tak sedikit orang bahkan sengaja datang ke Malioboro di pagi hari untuk bersarapan. Ya, di sekitar jalan saat pagi hari memang banyak dijumpai penjual sarapan. Anda yang kebetulan menginap di hotel sekitarnya, luangkan berjalan kaki sejenak, mengintip ‘wajah’ Malioboro kala pagi sembari menyantap makanan khasnya, salah satunya adalah gudeg. Siang hari, jelas suasana akan riuh dengan banyak wisatawan yang datang. Namun, pada malam hari Anda akan mendapati suasana menakjubkan. Tak lagi seramai siang, suasana pun menjadi semakin asyik degan paras Malioboro yang berbeda, yaitu ‘bermandikan cahaya lampu’. Seru sekali bukan?! Oleh karena itu, pastikan menjejalah Malioboro di sela kunjungan ke Jogja. Dapatkan penawaran menarik berkeliling Jogja dan Malioboro bersama Dejogja Tour and Travel.